Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan asal mula gempa yang pagi ini mengguncang Nusa Dua, Bali. Gempa pagi hari ini menurut Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly terjadi karena adanya pergerakan lempeng bumi.
Aktivitas lempeng Indo-Australia yang menyusup ke bawah lempeng Eurasia di dalam perut bumi yang menjadi penyebab gempa. Gempa itu berkekuatan magnitudo 6.0 SR, namun kemudian direvisi menjadi 5.8 SR.
“Hasil analisis mekanisme gempa menunjukan bahwa gempa bumi ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan jenis mendatar (oblique thrust fault),” jelas Sadly pada konferensi pers di Gedung BMKG, Jakarta Pusat, Selasa (16/7).
Baca Juga : Gempa Guncang Nusa Dua Bali
Dari hasil analisis itu juga kata Sadly dipastikan bahwa titik gempa berada pada kedalaman 104 Kilometer di bawah laut dengan jarak pusat gempa dari daratan berada pada Koordinat 9.08 lintang selatan dan 114,55 Bujur Timur.
“Atau tepatnya episenter gempa ini berlokasi di laut dengan jarak kurang lebih 80 kilometer dari daratan Bali,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono menyebut aktivitas lempeng bumi yang berakibat pada terjadinya gempa bumi tak hanya bisa terjadi di wilayah Bali, mengingat Indonesia juga berada di kawasan Ring Of Fire.
Maka kata Rahmat gempa bumi sewaktu-waktu bisa terjadi di mana saja selama wilayah tersebut beririsan dengan lempeng bumi dan jika ada aktivitas pergerakan dari empat lempeng yang ada di bawah perut bumi Indonesia. Empat lempeng itu yakni, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Hindia.
“Hampir seluruh Indonesia (berpotensi gempa) tidak hanya di Bali. Bisa saja nanti bergeser ke Aceh, ke Papua, karena memang (lempeng) semuanya saling bergerak dan aktif sehingga memicu gempa di daerah pertemuan lempeng itu,” jelas Rahmat.
Rahmat juga menjelaskan gempa yang terjadi di Nusa Dua Bali ini tak ada kaitannya sama sekali dengan gempa yang terjadi di Maluku beberapa waktu lalu. Sumber pemicu kedua gempa ini menurut Rahmat berbeda dan tak bisa dikaitkan satu sama lain.
“Yang di sini (Bali) akibat subduksi dari Australia dan Eurasia, sementera di Maluku kemarin akibat pergeseran dari aktivitas sesar sorong bacan,” katanya.
Saat ditanya apakah gempa yang terjadi di Nusa Dua Bali ini berpotensi meningkatkan aktivitas Gunung Agung, Rahmat tak membantah. Hanya saja kata dia, hal tersebut akan lebih baik dijelaskan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
“Kalau ditanya bisa gak, ya sangat bisa, sangat memungkinkan bahwa itu memicu (aktivitas gunung) tapi tentunya rekan-rekan PVMBG yang bisa menjawab apakah ada peningkatan aktivitas setelah gempa tadi pagi. apakah ada peningkatan tremor di gunung agung misalnya, yang punya catatan adalah di badan geologi,” kata dia. (tst/eks)